Mulai tahun 1845 seorang bernama Mbah Duren (Eyang Duren) sebutan pada waktu itu masyarakat memanggilnya. Mbah Duren membuka lahan hutan belantara untuk dijadikan pemukiman dalam waktu yang cukup lama, sehingga menjadi tempat pemukiman penduduk yang cukup ramai sampai sekarang. Pada waktu itu karena letaknya ditengah hutan yang jauh dari keramaian kota maka tempat ini dijadikan tempat pengungsian dari daerah lain pada jaman Penjajahan Kolonial Belanda. Lambat laun menjadi sebuah perkampungan namun lataknya sangat terisolir. Dalam melakukan Babad Alas (buka lahan) dengan segala rintangan Jim Periprayangan Ilu-Ilu Banaspati, Beliau tetap gigih mempertahankan daerah tersebut. Pada akhirnya terbukalah lahan yang mempunyai area sangat luas (jawa: Ombo), namun pada saat itu pemukiman mengalami perpindahan sebanyak 3 tempat, karena menghindari penjajah. Dahulu belum ada nama Durenombo sampai Mbah Duren wafat.
Tahun 1901 dengan kesepakatan warga masyarakat, lahan perkampungan yang belum diberi nama ini, akhirnya diberi nama “Durenombo”, asal mula nama "Duren" yaitu diambil dari nama penemunya mbah Duren, dan “ombo” karena luasnya lahan. Setelah disepakati nama desa Durenombo, masih dalam penjajahan kolonial Belanda dan Mbah Duren sendiri dimakamkan di TPU Desa Durenombo dan sampai sekarang masih dijaga kelestariannya oleh keturunan ke-4 dari keluarga "Ki Buyut Sodiwongso".
Setelah disepakati nama Desa Durenombo kemudian setelah hampir 24 tahun lamanya Desa Durenombo belum mempunyai Kepala Desa (Lurah) dan akhirnya pada tahun 1925 ditunjuk Kepala Desa (Lurah) pertama yaitu putra dari Ki Buyut Sodiwongso yang bernama Mbah Selur. Beliau menjabat sejak tahun 1925 - 1955 (30 Th) kemudian digantikan oleh putra tertua Mbah Selur yaitu Bpk. Rochani, dinobatkan menjadi Lurah karena beliau dipandang mempunyai bidang ilmu yang mumpuni dan menjabat pada Era Presiden RI pertama Ir. Soekarno, beliau menjabat pada tahun 1955 - 1977 (22 Th). karena pada tahun yang terakhir usia beliau sudah uzur kemudian digantikan oleh putra pertamanya yaitu Bpk. Sugiri. Bpk Sugiri juga tercatat sebagai seniman yaitu sebagai Dalang Wayang Kulit. Beliau menjabat pada tahun 1977 - 1990 (13 Th). Periode berikutnya Dijabat oleh Bpk. Casmuri pada tahun 1990 - 1997 (7 Th). Pada akhir masa jabatanya dan belum mempunyai pengganti maka jabatan Lurah digantikan oleh pejabat sementara Bpk. Fahrudin (1999). Kemudian Dikenalkan Pilkada dan saat ini (2013) Lurah dijabat oleh Bpk. Gondo Rahayu (2 Periode)
Secara Geografis Desa Durenombo terletak di tengah hutan yang berbatasan dengan desa-desa yang lain, sebelah utara berbatasan dengan desa Clapar, selatan berbatasan dengan desa Pretek, sebelah barat berbatasan dengan desa Jolosekti, dan sebelah timur berbatasn dengan desa Adinuso. Dengan iklim dan curah hujan 200-300 mm, mempunyai suhu rata-rata 37 C, dan ketinggian 200 mdl. Mempunyai 2.307 jumlah penduduk, diantaranya 1.191 penduduk laki-laki, 1.116 penduduk perempuan, dan dengan jumlah 686 kepala keluarga.
(Arsip Desa: Profil Desa Durenombo; 2012)